BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Biokimia merupakan salah satu dasar dari
ilmu kimia. Biokimia berasal dari kata Yunani “bios” yang berarti kehidupan dan “chemis” yang berarti kimia. Biokimia diartikan sebagai ilmu yang
mempelajari dasar kimia kehidupan atau juga bisa disebut suatu ilmu yang
mempelajari reaksi-reaksi kimia atau interaksi molekul dalam sel hidup. Tujuan
mempelajari biokimia adalah untuk mempelajari hal kimia yang mendasari fenomena
biologis.
Biokimia menyajikan proses bagaimana
makhluk hidup melangsungkan kehidupannya dan bertahan hidup dengan proses kimia
yang terjadi dalam tubuh. Dengan mengontrol arus informasi melalui sinyal
biokimia dan aliran energi kimia melalui metabolisme, proses biokimia
menimbulkan fenomena yang tampaknya magis kehidupan. Ruang lingkup biokimia
antara lain meliputi studi tentang susunan kimia sel, sifat-sifat senyawa serta
reaksi kimia yang terjadi dalam sel, senyawa-senyawa yang menunjang aktivitas
organisme hidup serta energi yang diperlukan atau dihasilkan.
Dalam perkembangannya, ilmu ini telah
mengalami pekembangan yang begitu pesat dengan berbagai penelitian yang telah
dilakukan. Sudah banyak hasil yang bisa dirasakan manusia dalam kehidupan kita
sehari-hari. Beberapa bidang yang merasakan dampak dari biokimia ini
diantaranya adalah kedokteran, farmasi, pertanian, dan memberikan perkembangan
kemajuan dalam ilmu biologi.
Biokimia mempunyai peranan dalam
memecahkan masalah gizi dalam suatu makanan yang akan kita makan. Dengan gizi
yang cukup tentunya kita tidak akan terhindar dari penyakit kekurangan gizi.
Dengan adanya ilmu ini pula akan sangat membantu dalam proses penghitungan
asupan apa saja yang dibutuhkan tubuh untuk memperoleh gizi yang cukup. Dengan
gizi yang cukup akan membuat kita menjadi sehat dan terhindar dari penyakit.
1.2
Tujuan Penulisan
Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk
menjelaskan tentang proses metabolisme.
2. Untuk
mendeskripsikan
kasus-kasus kesehatan yang terkait metabolisme tubuh.
3. Untuk menjelaskan upaya pencegahan dan
pengobatan penyakit melalui aspek biokimia.
1.3 Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang dan tujuan penulisan di atas maka rumusan masalah yang akan
dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa
yang dimaksud proses metabolisme?
2. Apa
kasus-kasus
kesehatan terkait yang metabolisme tubuh?
3.
Bagaimana pencegahan dan pengobatan
penyakit melalui aspek biokimia?
1.4 Batasan
Masalah
Di dalam makalah ini akan dijelaskan
mengenai:
1. Proses
metabolisme.
2. Kasus
kesehatan terkait metabolisme tubuh.
3. Pencegahan
dan pengobatan penyakit melalui aspek biokimia.
1.5 Metode
Penulisan
Dalam penulisan makalah ini metode
penulisan yang digunakan adalah metode kepustakaan, yaitu dalam pengumpulan
data serta bahan-bahannya, penulis mendapatkan melalui berbagai referensi dari
internet maupun buku.
BAB
II
PROSES METABOLISME DAN KASUS
KELAINANNYA
2.1. Proses Metabolisme
Metabolisme adalah semua reaksi kimia
yang terjadi di dalam organisme, termasuk yang terjadi di tingkat selular.
Secara umum, metabolisme memiliki dua arah lintasan reaksi kimia organik,
yaitu:
1. Katabolisme,
yaitu reaksi yang mengurai molekul senyawa organik untuk mendapatkan energi.
2. Anabolisme,
yaitu reaksi yang merangkai senyawa organik dari molekul-molekul tertentu untuk
diserap oleh sel tubuh.
Kedua arah lintasan metabolisme
diperlukan setiap organisme untuk dapat bertahan hidup. Arah lintasan
metabolisme ditentukan oleh suatu senyawa yang disebut sebagai hormon, dan
dipercepat (dikatalisis) oleh enzim. Pada senyawa organik, penentu arah reaksi
kimia disebut promoter dan penentu percepatan reaksi kimia disebut katalis.
Pada setiap arah metabolisme, reaksi kimiawi melibatkan sejumlah substrat yang
bereaksi dengan dikatalisis enzim pada jenjang-jenjang reaksi guna menghasilkan
senyawa intermediet, yang merupakan substrat pada jenjang reaksi berikutnya.
Metabolisme terjadi pada saat menit
pertama makanan masuk ke perut dan pencernaan dimulai. Enzim yang dilepaskan
oleh pankreas dan kelenjar tiroid membantu dalam pemecahan makanan yang dicerna
menjadi zat lebih sederhana. Zat-zat sederhana diserap oleh
sel-sel tubuh dan membantu dalam pelepasan energi dan melaksanakan proses lain
dalam tubuh, seperti penyembuhan luka, pengaturan suhu tubuh, pembentukan
sel-sel baru, membuang racun dari tubuh, dan sebagainya.
Namun ada saatnya proses metabolisme
menjadi terganggu, kelainan metabolisme seringkali disebabkan oleh kelainan genetik
yang mengakibatkan hilangnya enzim tertentu yang diperlukan untuk merangsang
suatu proses metabolisme.
2.2.
Kasus Kesehatan Terkait Metabolisme Tubuh
a.
Kelainan Metabolisme Karbohidrat
1.
Glikogenesis
Glikogenesis (penyakit penimbunan glikogen) adalah sekumpulan
penyakit keturunan yang ditimbulkan oleh tidak adanya 1 atau beberapa enzim
yang diperlukan untuk mengubah gula menjadi glikogen atau sebaliknya yang
seterusnya akan digunakan oleh tubuh sebagai energi.
2.
Diabetes Melitus
Diabetes
Melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul karena adanya peningkatan
kadar glukosa darah akibat kekurangan hormon insulin baik absolut maupun
relatif, dimana penyakit ini merupakan penyakit menahun yang akan diderita
seumur hidup.
(Sumber: Anonim A. 2014)
3. Hiperglikemia
dan Hipoglikemia
Hiperglikemia adalah suatu kondisi
dimana kadar gula darah sangat tinggi yaitu >600mg/dL. Sedangkan,
Hipoglikemia adalah suatu kondisi dimana kadar gula darah sangat rendah yaitu
<70mg dl.="" font="">70mg>
(Sumber: Anonim B. 2014)
4.
Intoleransi
Fruktosa Herediter
Intoleransi Fruktosa Herediter adalah suatu penyakit
keturunan dimana tubuh tidak dapat menggunakan fruktosa karena tidak memiliki
enzim fosfofruktaldolase. Sebagai akibatnya, fruktose 1-fosfatase yang merupakan
hasil pemecahan dari fruktosa tertimbun di dalam tubuh, menghalangi pembentukan
glikogen dan menghalangi perubahan glikogen menjadi glukosa.
5.
Pentosuria
Pentosuria adalah suatu keadaan yang tidak berbahaya,
yang ditandai dengan ditemukannya gula xylulosa di dalam air kemih karena tubuh
tidak memiliki enzim yang diperlukan untuk mengolah xylulosa. Pentosuria tidak
menimbulkan masalah kesehatan, tetapi adanya xylulosa dalam air kemih bisa
menyebabkan kekeliruan diagnosis dengan diabetes melitus.
6.
Galaktosemia
Galaktosemia adalah kelebihan galaktosa
di dalam darah dan jaringan lain. Normalnya, enzim laktase di dalam usus halus
mengubah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa. Di hati, sistem enzim lainnya
mengubah galaktosa menjadi glukosa. Galaktosemia merupakan akibat dari defisiensi
enzim kongenital pada sistem ini (dua jenis) dan merupakan salah satu penyebab
ketidakmampuan belajar (Chris Brooker. 2009: 142).
Galaktosemia disebabkan oleh defisiensi
berat enzim galaktosa-1-fosfat uridiltranferasa (Gal-1-PUT). Enzim ini penting
untuk mengubah galaktosa menjadi glukosa, karena laktosa yang merupakan gula
utama susu adalah disakarida yang mengandung glukosa dan galaktosa.
7.
Fruktosuria
Fruktosuria merupakan suatu keadaan yang tidak
berbahaya, dimana fruktosa dibuang ke dalam air kemih. Fruktosuria disebabkan
oleh kekurangan enzim fruktokinase yang sifatnya diturunkan. Fruktosuria tidak
menimbulkan gejala, tetapi kadar fruktosa yang tinggi di dalam darah dan air
kemih dapat menyebabkan kekeliruan diagnosis dengan diabetes melitus.
8. Intoleransi
Laktosa
Intoleransi
laktosa merupakan suatu bentuk penolakan tubuh terhadap laktosa. Hal ini
dikarenakan sistem pencernaan penderita tidak mampu mencerna atau menyerap
laktosa yang masuk ke dalam tubuh. Laktosa merupakan gula alami yang terdapat
dalam susu atau produk susu lainnya seperti keju dan mentega. Intoleransi
laktosa lebih sering terjadi pada orang dewasa dibandingkan anak-anak.
Intoleransi laktosa bukanlah suatu hal yang menakutkan, namun dampak dari
gangguan ini seringkali mengganggu penderitanya. Orang yang menderita batas
toleransi laktosa dapat mengonsumsi produk-produk bebas laktosa misalnya susu
kedelai, susu almond dan susu beras.
(Sumber: Anonim C. 2014)
9. Glikosuria
Glikosuria adalah ekskresi glukosa ke
dalam urin. Seharusnya air seni tidak mengandung glukosa, karena ginjal akan
menyerap glukosa hasil filtrasi kembali ke dalam sirkulasi darah. Hampir dapat
dipastikan bahwa penyebab glikosuria adalah simtoma hiperglisemia yang tidak
mendapatkan perawatan dengan baik, walaupun gangguan instrinsik pada ginjal
kadang-kadang juga dapat menginduksi glikosuria. Glikosuria akan menyebabkan
dehidrasi karena air akan terekskresi dalam jumlah banyak ke dalam air seni
melalui proses yang disebut diuresis osmosis.
10. Mukopolisakaridosis
Mukopolisakaridosis
(MPS) merupakan kelompok
kelainan yang terjadi karena kekurangan enzim lisosom tertentu yang diperlukan
untuk menguraikan mukopolisakarida. Mukopolisakarida yang bertumpuk dalam sel
meliputi heparan sulfat, dermatan sulfat, keratan sulfat dan kondroitin sulfat.
Mukopolisakarida adalah molekul gula rantai panjang yang digunakan untuk
membangun jaringan ikat dan organ tubuh (Mitchell. 2009: 114).
b.
Kelainan Metabolisme Lipid
1.
Penyakit Gaucher
Penyakit
Gaucher adalah penyakit genetik di mana suatu zat lemak (lipid) terakumulasi
dalam sel dan organ-organ tertentu. Penyakit Gaucher adalah yang paling umum
dari penyakit penyimpanan lisosomal. Hal ini disebabkan oleh kekurangan
keturunan dari enzim glukoserebrosidase (juga dikenal sebagai asam
β-glukosidase). Enzim yang bekerja pada suatu glukoserebrosidase zat lemak
(juga dikenal sebagai glukosilseramide). Bila enzim yang rusak, substansi
terakumulasi, terutama di sel-sel dari garis keturunan sel mononuklear. Bahan
lemak dapat mengumpulkan di limpa, hati, ginjal, paru-paru, otak dan sumsum
tulang.
Gejala
termasuk pembesaran limpa dan hati, kerusakan hati, gangguan skeletal dan lesi
tulang, komplikasi neurologis berat, pembengkakan kelenjar getah bening dan
kadang-kadang sendi yang berdekatan, perut buncit, warna kecoklatan pada kulit,
anemia, darah rendah trombosit dan deposit lemak kuning pada putih mata
(sklera). Orang yang terkena dampak paling serius juga mungkin lebih rentan
terhadap infeksi. Penyakit ini disebabkan oleh mutasi resesif pada gen terletak
pada kromosom 1 dan mempengaruhi laki-laki dan perempuan.
2.
Penyakit Niemann-Pick
Penyakit
Niemann-Pick adalah suatu penyakit keturunan dimana terjadi kekurangan suatu
enzim khusus yang mengakibatkan penimbunan sfingomielin (hasil metabolisme
lemak) atau terdapat penimbunan kolesterol yang abnormal. Gen yang
bertanggungjawab terhadap penyakit Niemann-Pick bersifat resesif, seseorang
harus memiliki 2 gen dari kedua orang tuanya.
3.
Penyakit Tay-Sachs
Penyakit
Tay-Sachs adalah kelainan genetik yang jarang ditemukan, dimana terjadi
pembentukan lemak di dalam sel, terutama pada otak dan sel saraf (neuron).
Sehingga menyebabkan retardasi mental dan hambatan perkembangan fisik normal
disertai kejang, kebutaan, kelumpuhan dan kematian. Tay-Sachs merupakan kelainan
otosom yang bersifat resesif. Penyakit ini diturunkan secara genetik dari kedua
orang tuanya.
4.
Gangguan Oksidasi Lemak
Kelainan pada transferase atau
translokase atau defisiensi karnitin dapat menyebabkan gangguan oksidasi asam
lemak rantai panjang. Kelainan tersebut ditemukan pada kembar identik yang
menderita kejang otot disertai rasa nyeri yang dialami sejak masa kanak-kanak.
5.
Obesitas
Obesitas adalah suatu kondisi medis
berupa kelebihan lemak tubuh yang terakumulasi sedemikian rupa sehingga
menimbulkan dampak merugikan bagi kesehatan, yang kemudian menurunkan harapan
hidup dan/atau meningkatkan masalah kesehatan. Seseorang dianggap menderita
kegemukan (obese) bila Indeks Massa Tubuh (IMT), yaitu ukuran yang diperoleh
dari hasil pembagian berat badan dalam kilogram dengan kuadrat tinggi badan
dalam meter, lebih dari 30 kg/m2.
Obesitas
meningkatkan peluang terjadinya berbagai macam penyakit, khususnya penyakit
jantung, diabetes tipe 2, apnea tidur obstruktif, kanker tertentu,
osteoartritis dan asma. Obesitas sangat sering disebabkan oleh kombinasi antara
asupan energi makanan yang berlebihan, kurangnya aktivitas fisik, dan
kerentanan genetik, meskipun sebagian kecil kasus terutama disebabkan oleh gen,
gangguan endokrin, obat-obatan atau penyakit psikiatri. Ada 3 faktor penyebab
obesitas yaitu faktor genetik, faktor lingkungan dan faktor psikis.
(Sumber: Anonim D. 2014)
6.
Penyakit Fabry
Penyakit
Fabry adalah penyakit keturunan yang jarang terjadi, yang menyebabkan
penimbunan glikolipid (hasil metabolisme lemak). Penyakit ini disebabkan oleh
gen yang rusak dibawa oleh kromosom X sehingga penyakit ini hanya terjadi pada
pria, yang hanya memiliki 1 kromosom X.
7. Xantomatosis
Serebrotendinosa
Xantomatosis serebrotendinosa terjadi
akibat akumulasi kolesterol di dalam jaringan. Penyakit ini pada akhirnya
menyebabkan gangguan koordinasi gerak, demensia, katarak, dan pertumbuhan lemak
(xantoma) pada tendon. Kelumpuhan biasanya terjadi setelah usia 30 tahun. Obat
chenodiol membantu mencegah perkembangan penyakit, tetapi tidak dapat
menghilangkan kerusakan yang telah terjadi.
8. Penyakit
Refsum
Penyakit Refsum disebabkan oleh asam fitanik
yang merupakan produk metabolisme lemak terakumulasi pada jaringan. Akumulasi
ini menyebabkan kerusakan saraf dan retina, pergerakan yang spastik (kaku),
serta perubahan pada tulang dan kulit.
(Sumber: Anonim E. 2014)
9.
Defisiensi Lemak
Defisiensi Lemak terjadi pada kelaparan
(starvation) dan gangguan penyerapan
(malabsorption), pada keadaan ini
tubuh terpaksa mengambil kalori dari simpanan karena intake yang kurang, yang
dimobilsasi selain lemak juga karbohidrat, pada gizi buruk yang keras akhirnya
diambil protein dari jaringan lemak sehingga vakuol yang ditempati oleh lemak
menjadi keriput. Sel menjadi longgar dan diisi oleh transudat, makin banyak
lemak yang hilang makin banyak cairan interstitium. Karena karbohidrat yang
disimpan tidak banyak dibanding dengan simpanan lemak, maka turunnya berat
badan merupakan cermin mobilisasi lemak dari depot-depotnya, baru kemudian
menyusul protein.
10.
Penyakit Wolman
Penyakit
Wolman terjadi akibat akumulasi gliserida dan kolesterol jenis tertentu pada
jaringan tubuh. Penyakit ini menyebabkan pembesaran limpa dan hati, endapan
kalsium di dalam kelenjar adrenal sehingga terjadi pengerasan, dan steatore.
11.
Sitosterolemia
Pada Sitosterolemia, lemak dari buah dan
sayuran terakumulasi di dalam darah dan jaringan. Akumulasi lemak menyebabkan
terjadinya aterosklerosis, kelainan sel-sel darah merah, dan xantoma pada
tendon. Penderita perlu mengurangi makanan yang kaya lemak nabati (misalnya
minyak sayur) dan mengkonsumsi cholestyramine
resin.
12.
Hiperlipidemia
Hiperlipidemia
adalah suatu penyakit yang mengakibatkan kadar lemak (kolesterol, trigliserida,
atau keduanya) dalam darah meningkat sebagai manivestasi kelainan metabolisme
atau transportasi lemak. Berdasarkan jenisnya hiperlipidemia dibagi menjadi 2,
yaitu Hiperlipidemia Primer disebabkan oleh karena kelainan genetik, sedangkan
Hiperlipidemia Sekunder peningkatan kadar lipid darah disebabkan oleh suatu
penyakit tertentu.
(Sumber: Anonim F. 2014)
c.
Kelainan Metabolisme Protein dan Asam Amino
1.
Fenilketonuria
Fenilketonuria
adalah suatu kelainan di dalam tubuh, dimana tubuh tidak dapat memproduksi
enzim yang berfungsi menguraikan asam amino esensial fenilalanin menjadi asam
amino non esensial tirosin. Di dalam tubuh tirosin akan disintesa menjadi 2
penghantar saraf yang penting yang berperan pada berkembangnya penyakit
parkinson dan juga hilangnya keinginan melakukan hubungna seksual pada usia
lanjut. Karena memberi efek yang berbahaya, penderita fenilketonuria sebaiknya
mengurangi konsumsi makanan yang mengandung fenilalanin.
2. Tirosinosis
Tirosinosis merupakan suatu kondisi
langka akibat cacat dalam metabolisme asam amino dan ditransmisikan sebagai
sifat autosom resesif. Kelaianan yang menyebabkan tubuh seseorang tidak
terdapat enzim tirosin transaminase yang mengubah tirosin menjadi asam
p-hidroksifenilpiruvat. Hal ini ditandai dengan ekskresi jumlah berlebihan asam
parahydroxy-phenylpyruvic, produk
setengah dari tirosin dalam urin.
3.
Tirosinemia
Tirosinemia
merupakan suatu kelainan yang menyebabkan persoalan serius dengan metabolisme
hati. Anak dengan tirosinemia tidak dapat secara komplit memetabolisme asam
amino tirosin. Hasil sampingan asam amino ini bertambah, menyebabkan berbagai
gejala. Kelainan bawaan metabolisme tirosin ditandai oleh peningkatan
konsentrasi tirosin dalam darah, peningkatan ekskresi senyawa tirosin dan
terkait hepatosplenomegali, sirosis nodular hati, ginjal beberapa cacat
reabsorpsi tubular, dan rakhitis.
4. Prolinemia
Prolinemia
atau Hiperprolinemia, adalah suatu kondisi yang terjadi ketika asam amino prolin
tidak dipecah dengan baik oleh enzim oksidase prolin atau pyroline-5-karboksilat
dehydrogenase, menyebabkan membangun dari prolin dalam tubuh.
5. Hidroksiprolinemia
Hidroksiprolinemia
merupakan keadaan tidak adanya enzim yang mengkatalisa perubahan 4-hidroksi
L-prolin menjadi prolin 3-hidroksi karboksilat. Gejala klinisnya yaitu
retardasi mental yang berat, kenaikan kadarhidroksiprolin dalam plasma,
ekskresi hidroksiprolin dan peptidahid-roksiprolin dalam urine yang banyak.
6. Sistinuria
Sistinuria adalah suatu penyakit yang
menyebabkan dikeluarkannya asam amino sistin ke dalam air kemih dan seringkali
menyebabkan pembentukan batu sistin di dalam saluran kemih. Penyebab sistinuria
adalah kelainan pada tubulus renalis yang diturunkan.
7. Sistinosis
Sistinosis
adalah penyimpanan lisosomal ditandai oleh akumulasi abnormal dari asam amino
sistin. Sistinosis merupakan penyakit turunan, dimana sistin diproduksi dalam
sel-sel tubuh secara berlebihan. Jika tubuh kelebihan sistin, sel-sel akan
memadat karena sistin akan saling bergabung dan membentuk kristal merusak sel.
Kristal-kristal negatif mempengaruhi banyak sistem dalam tubuh, terutama ginjal
dan mata.
8.
Homosistinuria
Homosistinuria
adalah sebagai akibat pembentukan metilkobalamin. Metilkobalamin adalah
kofaktor untuk enzim metionin sintase yang mengkatalisis reaksi metilase
kembali dari homosistein menjadi metionin. Anak dengan homosistinuria tidak
dapat melakukan metabolisme asam amino homosistin, dimana adanya produk
sampingan yang beracun, membangun penyebab beberapa gejala. Gejala mungkin
ringan atau hebat, bergantung pada cacat enzim tertentu.
9.
Hiperlisinemia
Hiperlisinemia
adalah suatu keadaan yang ditandai dengan adanya kenaikan lisin plasma yang
mencolok dan dapat terjadi sebagai gangguan menetap atau periodik. Disebabkan
oleh kekurangan enzim yang memecah lisin.
10.
Hiperlisinemia Persisten
Hiperlisinemia
Persisten adalah gangguan resesif autosom yang jarang terjadi. Hiperlisinemia
persisten disebabkan oleh defisiensi enzim sistem kompleks lisin ketoglutarat
reduktase atau sistem sakaropin dehidrogenase yang lazim ada. Beberapa penderita
tidak menunjukkan gejala, sementara yang lain memiliki gejala berat dan hal ini
bersifat tetap (persisten).
11.
Hipervalinemia
Hipervalinemia
adalah sebuah keadaan konsentrasi abnormal tinggi valin dalam darah.
Hipervalinemia juga disebut valinemia, penyakit metabolik ini sangat jarang.
Metabolik memblokir ketoaciduria
rantai bercabang secara bersamaan mempengaruhi tiga asam amino, menunjukkan adanya
cacat katabolik dalam mekanisme umum. Hal ini ditandai dengan peningkatan kadar
dalam darah dan urin dari asam amino yang disebut valin karena kekurangan enzim
valin transaminase yang diperlukan untuk katabolisme dari valin. Metabolit yang
menumpuk semua asam organik, yang menumpuk dalam cairan tubuh dan diekskresikan
dalam urin.
12.
Alkaptonuria
Alkaptonuria adalah kondisi yang langka di
mana urin yang dikeluarkan seseorang berwarna gelap ketika bersentuhan dengan
udara, penyakit ini bersifat menurun. Tubuh tidak mempunyai enzim pengubah
alkapton (asam homogensitin) menjadi asam asetoasetat sampai menjadi H2O
dan CO2. Penyebabnya kerusakan pada gen HGD. Gen HGD berfungsi
sebagai pengendali untuk membuat enzim yang disebut homogentisate oksidase.
Enzim ini membantu memecah asam amini fenilalanin dan tirosin, yang merupakan
pembentuk protein yang penting. Penderita alkaptonuria biasanya juga mengalami
radang sendi, terutama di tulang belakang.
13. Histidinemia
Histidinemia merupakan kondisi yang
diwariskan ditandai dengan darah tinggi tingkat asam amino histidin.
Histidinemia disebabkan oleh kekurangan enzim yang memecah histidin.
Histidinemia biasanya tidak menyebabkan masalah kesehatan, dan kebanyakan orang
dengan kadar tinggi histidin tidak menyadari bahwa mereka memiliki kondisi ini.
Kombinasi histidinemia dan komplikasi medis selama atau segera setelah lahir
(seperti kurangnya oksigen sementara) mungkin meningkatkan kesempatan seseorang
mengembangkan cacat intelektual, masalah perilaku, atau gangguan belajar.
14. Penyakit
Isovaleric Acidemia
Isovaleric Acidemia adalah gangguan langka di
mana tubuh tidak mampu memproses protein tertentu dengan benar. Hal ini
diklasifikasikan sebagai gangguan asam organik, yang merupakan kondisi yang
mengarah ke penumpukan abnormal asam tertentu yang dikenal sebagai asam
organik. Tingkat abnormal asam organik dalam darah (asidemia organik), urin
(aciduria organik), dan jaringan dapat menjadi racun dan dapat menyebabkan
masalah kesehatan yang serius.
Biasanya,
tubuh memecah protein dari makanan menjadi bagian-bagian lebih kecil yang
disebut asam amino. Asam amino dapat diproses lebih lanjut untuk menyediakan
energi untuk pertumbuhan dan pembangunan. Orang dengan asidemia isovaleric
memiliki tingkat memadai dari enzim yang membantu memecah asam amino tertentu
yang disebut leusin.
15. Penyakit
Imidazol Aminoaciduria
Penyakit
Imidazol Aminoaciduria merupakan adanya asam amino dalam urin. Jumlah asam
amino dalam urin menigkat akibat dari gangguan metabolisme, penyakit hati
kronis atau gangguan ginjal. Penyakit ini disebut juga dengan acidaminuria.
16. Penyakit
Hartnup
Penyakit Hartnup adalah suatu penyakit
keturunan yang jarang terjadi, yang menyebabkan ruam kulit dan kelainan otak
karena triptofan dan asam amino lainnya tidak diserap dengan baik dari usus dan
zat-zat tersebut dibuang ke dalam air kemih dalam jumlah yang berlebihan. Penyakit
Hartnup terjadi jika seseorang mempunyai dua gen resesif dari kedua orang
tuanya.
Penyakit ini mempengaruhi pembentukan
asam amino yang merupakan bahan baku protein. Penderita tidak mampu merubah
asam amino triptofan menjadi niasinamid vitamin B. Sebagai akibatnya, mereka
tidak dapat menyerap asam amino sebagaimana mestinya dari usus dan membuangnya
melalui air kemih dalam jumlah berlebihan. Karena itu di dalam tubuh hanya
sedikit mengandung asam amino.
17. Marasmus
Marasmus adalah penyakit yang disebabkan
oleh kekurangan protein dan kalori cukup parah yang mempengaruhi bayi dan
anak-anak, sering mengakibatkan penurunan berat badan dan dehidrasi. Marasmus
dapat berkembang menjadi kelaparan dan kematian yang disebabkan oleh kekurangan
nutrisi penting. Orang dengan marasmus terlihat kurus dengan sedikit jaringan
otot.
18. Kwashiorkor
Kwashiorkor
adalah penyakit yang disebabkan oleh kekurangan parah protein dalam diet yang
mengandung kalori sebagian besar dari karbohidrat seperti ubi, beras dan
pisang. Hal ini biasanya mempengaruhi anak-anak remaja. Orang dengan
kwashiorkor muncul bengkak di daerah perut dari retensi cairan.
(Sumber: Anonim G. 2014)
19. Cachexia
Cachexia adalah suatu kondisi yang
melibatkan kekurangan protein, penipisan otot rangka dan tingkat peningkatan
degradasi protein. Cachexia menyebabkan penurunan berat badan, kematian, penyakit
kanker, AIDS, gagal ginjal kronis, penyakit panas, penyakit paru obstruktif
kronik dan rheumatoid arthritis.
20. Albinisme
Albinisme
adalah kelaianan tidak adanya tirosin yang akan diubah menjadi
3,4-dihidroksifenilalanin dan selanjutnya menjadi melanin. Karena tidak
memiliki melanin pada kulit, mata dan rambut maka bagian tersebut menjadi tidak
berwarna alias putih dan sangat sensitif terhadap sinar matahari. Kelainan ini
dibawakan oleh gen resesif.
2.3 Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Melalui
Aspek Biokimia
a.
Kelainan Metabolisme Karbohidrat
1.
Glikogenosis
Penanganan
penyakit penimbunan glikogen bervariasi, tergantung dari gangguan yang terjadi.
Kebanyakan pengobatan bertujuan untuk menjaga kadar gula darah tetap normal.
Hal ini dapat dilakukan dengan memberi tambahan glukosa melalui pembuluh darah
atau selang dari hidung ke dalam lambung. Pada beberapa anak, masalah ini bisa
diatasi dengan memberikan tepung jagung setiap 4-6 jam. Jika pemberian nutrisi
tambahan tidak berhasil, maka mungkin perlu dilakukan transplantasi hati.
2.
Diabetes Melitus
Pencegahan
terhadap penyakit diabetes melitus ini dapat dilakukan dengan cara mendapatkan
banyak serat dalam makanan, makanlah kacang-kacangan dan biji-bijian, perbanyak
minum produk susu berlemak, kurangi lemak hewani, kurangi konsumsi gula dan
lainnya. Penderita diabetes melitus dapat diobati dengan cara menjalani
pengobatan terapi insulin yang berkesinambungan dan pengontrolan
nilai kadar gula dalam darah dengan mengurangi berat badan, diet, dan
berolahraga. Jika hal ini tidak mencapai hasil yang diharapkan, maka pemberian
obat tablet akan diperlukan. Bahkan pemberian suntikan insulin turut diperlukan
bila tablet tidak mengatasi pengontrolan kadar gula darah.
3. Intoleransi Fruktosa Herediter
Pengobatan
terdiri dari menghindari fruktosa (biasanya ditemukan dalam buah-buahan yang
manis), sukrosa dan sorbitol (pengganti gula) dalam makanan sehari-hari.
Serangan hipoglikemia diatasi dengan pemberian tablet glukosa, yang harus
selalu dibawa oleh setiap penderita intoleransi fruktosa herediter.
4.
Galaktosemia
Penderita galaktosemia harus menghindari makanan yang
mengandung galaktosa, misalnya susu, produk susu lainnya, beberapa buah dan
sayur, serta hasil laut, seperti rumput laut. Penderita galaktosemia harus
membatasi konsumsi galaktosa sepanjang hidupnya.
Seorang wanita yang diketahui membawa gen untuk
penyakit ini sebaiknya tidak mengkonsumsi galaktosa selama kehamilan. Seorang
wanita hamil yang menderita galaktosemia juga harus menghindari galaktosa. Jika
kadar galaktosanya tinggi, galaktosa dapat melewati plasenta dan sampai ke
janin, menyebabkan katarak pada bayi.
Jika diobati
secara adekuat, maka tidak akan terjadi keterbelakangan mental. Tetapi tingkat
kecerdasannya lebih rendah dibandingkan dengan saudara kandungnya dan sering
ditemukan gangguan berbicara. Pada masa pubertas dan masa dewasa, anak
perempuan seringkali mengalami kegagalan ovulasi (pelepasan sel telur) dan
hanya sedikit yang dapat hamil secara alami.
5.
Glikosuria
Orang yang memiliki kelainan batas toleransi laktosa
dapat meminum sekitar 250 ml susu setiap hari tanpa gejala yang parah.
Kebanyakan orang dewasa di dunia adalah penderita batas toleransi laktosa.
Sebuah perubahan genetis membuat banyak orang Eropa tetap memproduksi laktosa
dalam usia dewasa, namun adalah minoritas.
Orang yang menderita batas toleransi laktosa dapat
mengonsumsi produk-produk bebas-laktosa, misalnya susu kedelai, susu almond dan
susu beras. Batas toleransi laktosa tidak sama dengan alergi susu, yang
merupakan reaksi tubuh terhadap protein susu.
6.
Mukopolisakaridosis
Mukopolisakaridosis
(MPS) tidak dapat disembuhkan. Pencangkokan sumsum tulang belum memberikan
hasil yang memuaskan. Terapi sulih enzim untuk MPS I dan MPS II masih dalam
taraf percobaan.
b.
Kelainan Metabolisme Lipid
1.
Penyakit Gaucher
Penyakit
ini dapat diobati dengan terapi sulih
enzim. Biayanya sangat mahal, dimana enzim diberikan secara intravena,
biasanya 2 kali/minggu. Terapi ini sangat efektif pada penderita yang tidak memiliki
komplikasi sistem saraf. Untuk mengatasi anemia bisa dilakukan transfusi darah.
2.
Penyakit Niemann-Pick
Penyakit
Niemann-Pick tidak dapat diobati, dan anak-anak yang menderita penyakit ini
cenderung meninggal karena infeksi atau kelainan fungsi sistem saraf pusat yang
progresif.
3.
Penyakit Tay-Sachs
Tidak
ada pengobatan khusus untuk penyakit ini. Tetapi penyakit ini bisa dicegah
dengan melakukan pemeriksaan terhadap pasangan suami istri yang dilahirkan atau
mempunyai riwayat penyakit ini dalam keluarganya.
4. Gangguan Oksidasi Lemak
Pengobatan
darurat adalah dengan infus glukosa. Untuk pengobatan jangka panjang, anak
harus seringkali makan, jangan pernah melewatkan makan dan mengkonsumsi makan
tinggi karbohidrat dan rendah lemak. Tambahan asam amino comitine kemungkinan
sangat membantu. Hasil jangka panjang biasanya baik.
5.
Obesitas
Obesitas
dapat dicegah dengan cara mengatur pola makan, berolahraga rutin dan hindari
alkohol. Langkah awal dalam mengobati obesitas adalah menaksir lemak tubuh
penderita dan risiko kesehatannya dengan cara menghitung Indeks Massa Tubuh
(IMT). Selanjutnya, jenis dan beratnya latihan, serta jumlah pembatasan kalori
pada setiap penderita berbeda-beda dan obat yang diberikan disesuaikan dengan
keadaan penderita dan yang terakhir adalah memilih program penurunan berat
badan yang aman dan berhasil.
6.
Penyakit Fabry
Penyakit Fabry
tidak dapat disembuhkan atau bahkan diobati. Secara langsung, tetapi peneliti
menginvestigasikan sebuah pengobatan dimana kekurangan enzim digantikan dengan
transfusi. Pengobatan terdiri dari penggunaan analgesik untuk menghilangkan rasa
sakit dan demam.
7.
Xantomatosis Serebrotendinosa
Obat kenodiol bisa membantu mencegah
perkembangan penyakit xantomatosis serebrotendinosa,
tetapi tidak dapat menyembuhkan kerusakan-kerusakan yang telah terjadi
sebelumnya.
8.
Penyakit Refsum
Penanganan berupa mengurangi makanan
yang mengandung asam fitanik, yaitu dengan menghindari sayuran dan buah-buahan
yang berwarna hijau, yang mengandung klorofil. Plasmaferesis yaitu suatu
prosedur dimana asam fitanik dikeluarkan dari darah dan hal ini dapat
dilakukan.
9.
Sitosterolemia
Seseorang
yang didiagnosa sitosterolemia harus mengurangi asupan makanan yang kaya akan
lemak tumbuhan, seperti minyak sayur, kacang-kacangan, alpukat, margarin, atau
coklat. Selain itu, bisa juga digunakan Colestyramine Resin untuk membantu
menurunkan kadar lemak tumbuhan dalam darah.
Sitosterolemia yang tidak diobati
meningkatan risiko kematian, terutama akibat penyakit jantung koroner. Dengan
terapi, kadar kolesterol dapat dinormalkan, dan xantoma dapat menghilang.
Penderita juga harus memeriksakan diri ke dokter spesialis jantung.
10.
Hiperlipidemia
Diet
rendah kolesterol dan rendah lemak jenuh akan mengurangi kadar LDL. Olahraga
bisa membantu mengurangi kadar kolesterol LDL dan menambah kadar kolesterol
HDL. Biasanya pengobatan terbaik untuk orang-orang yang memiliki kadar
kolesterol atau trigliserida tinggi adalah menurunkan berat badan jika mereka
mengalami kelebihan berat badan, berhenti merokok, mengurangi jumlah lemak dan
kolesterol dalam makanan, menambah porsi olahraga, mengkonsumsi obat penurun
kadar lemak (jika diperlukan). Jika kadar lemak darah sangat tinggi, maka perlu
dicari penyebab yang spesifik dengan melakukan pemeriksaan darah khusus
sehingga bisa diberikan pengobatan yang khusus.
c. Kelainan
Metabolisme Protein dan Asam Amino
1.
Fenilketonuria
Pengobatan Fenilketonuria adalah diet
ketat dengan sangat terbatas asupan fenilalanin, yang kebanyakan ditemukan
dalam makanan yang kaya protein. Jumlah yang aman fenilalanin berbeda untuk
setiap orang. Dokter akan menentukan jumlah yang aman melalui diet teratur
meninjau catatan, grafik pertumbuhan dan kadar fenilalanin. Tes darah sering
dapat membantu memantau jumlah fenilalanin.
2. Tirosinemia
Untuk
penderita Tyrosinemia pada bayi yang baru lahir dapat diberikan vitamin C. Selain
itu pengobatan dapat juga dilakukan dengan cara pengaturan diet dan
transplantasi hati.
3. Sistinuria
Pengobatannya adalah mencegah pembentukan batu sistin
dengan cara memperkecil konsentrasi sistin di dalam air kemih. Penderita
diharuskan untuk minum banyak air putih. Membuat suasana basa dalam air
kemih dengan mengkonsumsi natrium bikarbonat atau asetazolamide, karena sistin
lebih mudah dilakurkan dalam suasana basa. Jika tindakan diatas tidak efektif,
maka diberikan obat penisilamin. Penisilamin bereaksi dengan sistin dan
melarutkannya.
Efek samping dari penisilamin adalah demam, ruam kulit
atau nyeri sendi. Untuk mengatasi kolik
ureter (nyeri akibat batu yang tersangkut di ureter) bisa diberikan obat
pereda nyeri. Biasanya batu akan keluar secara spontan. Jika hal ini
tidak terjadi, maka dilakukan pembedahan untuk mengeluarkan batu. Selain
pembedahan bisa dilakukan litotripsi,
yaitu pemecahan batu dengan gelombang ultrasonik atau gelombang kejut sehingga
batu lebih mudah dibuang melalui air kemih atau diangkat melalui endoskopi.
4. Homosistinuria
Beberapa anak dengan homosistinuria
membaik sewaktu diberikan vitamin B6 (pyridoxine) atau vitamin B12 (cobalamin).
5. Alkaptonuria
Tidak ada pengobatan khusus untuk
penyakit ini. Para medis biasanya memberikan tirosin dan asam askorbat dosis
tinggi.
6. Penyakit
Hartnup
Pemberian makanan yang kaya protein bisa
mengatasi kekurangan asam amino yang terjadi akibat penyerapan usus yang kurang
baik, serta pembuangan asam amino yang berlebihan ke dalam air kemih.
7. Albinisme
Tidak ada pengobatan untuk albinisme.
Penanganan yang dilakukan bertujuan untuk mengatasi, meminimalkan, dan mencegah
masalah yang mungkin terjadi, antara lain dengan melindungi kulit dan mata dari
sinar matahari, seperti menggunakan kacamata anti UV untuk meringankan
fotofobia, menghindari paparan sinar matahari langsung untuk mengurangi risiko
terjadinya luka bakar, memakai tabir surya atau pakaian pelindung. Sebaiknya
digunakan krim tabir surya dengan SPF yang tinggi.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
1.
Biokimia diartikan sebagai ilmu yang
mempelajari dasar kimia kehidupan atau suatu ilmu yang mempelajari
reaksi-reaksi kimia atau interaksi molekul dalam sel hidup.
2.
Metabolisme adalah semua reaksi kimia
yang terjadi di dalam organisme, termasuk yang terjadi di tingkat selular.
Metabolisme terdiri atas katabolisme dan anabolisme.
3.
Berbagai penyakit terkait gangguan
metabolisme karbohidrat yaitu glikogenesis, diabetes melitus, hiperglikemia dan
hipoglikemia, intoleransi fruktosa herediter, dan mukopolisakarida (MPS).
4.
Berbagai penyakit terkait gangguan
metabolisme lemak yaitu penyakit Gaucher, penyakit Niemann-Pick, obesitas,
sitosterolemia, dan hiperlipidemia.
5.
Berbagai penyakit terkait gangguan
metabolisme protein dan asam amino yaitu fenilketonuria, tirosinosis, marasmus,
kwashiorkor, dan albinisme,
Saran
Dengan adanya biokimia, setidaknya kita
menerapkan dalam kehidupan sehari – hari dengan salah satunya adalah menjaga
pola hidup yang sehat. Agar dampak buruk dapat kita cegah
DAFTAR PUSTAKA
Brooker, Chris.
2009. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Mitchell, dkk. 2009.
BS Dasar Patologis penyakit ed 7.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Poedjiadi, Anna.
2005. Dasar-dasar Biokimia. Bandung:
UI Press.
DAFTAR PUSTAKA
GAMBAR
Anonim A. 2014. http://diabetesmellituscenter.files.wordpress.com/2010/01/dia
betes_thumb2.jpg, diakses 1 Mei 2014.
Anonim B. 2014. http://www.hawellness.org/wp-content/uploads/2013/04/Hypo _Hyper_WC1.jpg,
diakses 1 Mei 2014.
Anonim C. 2014.http://www.avonmorelactosefree.ie/assets/images/lactose_into
lerance_diagram.jpg, diakses 1 Mei 2014.
Anonim D. 2014. http://www.women-health-info.com/images/obesity-45.gif,
diakses 1 Mei 2014.
Anonim E. 2014. http://medicastore.com/images/Penyakit_Refsum.jpg,
diakses 1 Mei 2014.
Anonim F. 2014. http://medicastore.com/images/Hiperlipidemia%201.jpg,
diakses 1 Mei 2014.
Anonim G. 2014. http://www.ichrc.org/sites/www.ichrc.org/files/7%20marasmus %20kwashiorkor.PNG,
diakses 1 Mei 2014.